Selasa, 14 Februari 2017

Rindu itu Milikku

Selamat pagi orang tercinta, ibu bapak ku. Aku menulis ini untuk ditengah hiruk pikuk kota dengan suara hujan yang memekakkan telinga.

Aku saat ini rindu kalian, terlebih saat ku dengar kabar disana.

To be honest, aku lahir dari orang tua yang hidup jauh dibawah garis kemiskinan bahkan sampai sekarang. Sekarang aku sering berpikir mau berubah juga tidak bisa ya memang begitu adanya.

Aku sering sedih kalau mau nelpon orang tuaku. Kenapa? Mereka pasti bohong! Bilang sehat dan makan enak. Faktanya: makan biasa aja susah coba, sakit pula. Kemarin aku dengar ibuku jatuh di dapur akibat hipertensinya kambuh kalau bahasa sana disebut "cuttam". Trus sembuh sendiri. Lain lagi dengan bapak: sekarang udah gak mampu jalan kaki dalam jarak jauh. Pake motor 15 km aja sudah harus berhenti beberapa kali.

I don't know how describe it!

Pilu sih ya gimana lagi. Aku di solo mereka juga dimana. Cuma bantu doa dan menyenangkan mereka aja sudah lebih bermanfaat.

Aku tau sih orang tuaku semakin menua. Sementara aku belum bisa apapun disini.

Kalau aku tentang kabar, pasti aku jawab lagi sehat. Walau disini sakit. Itu saja sudah cukup kok.

Kalau aku lihat sekarang orang tuaku tidak seperti dulu. Sangat bijak. Senang kalau dengar aku cerita pengalaman disini. Sedikit menangis terharu kalau mendengar cucu²nya sekolah dengan benar. Jauh beda. Apalagi kalau mendengar aku sekarang sudah tidak merepotkan mereka lagi. Dulu waktu SD sampai SMP aku selalu dimarah (karena emang salah).

Entah mengapa aku tidak seperti orang lain yang mudah mengekspresikan cinta mereka dalam bentuk pelukan dsbnya.

Saat ini aku hanya butuh doa dan restu dari mereka. Itu saja tidak lebih.

Dari anakmu yang selalu rindu.