Pernah melihat sebuah bintang di matamu
Sejuta cahaya yang menyilaukan tanpa jemu
Meski sejuta warna yang tidaklah semu
Namun pilihanku tetap kamu.
Sebuah benih di taman jingga
Membuat semua indah bahkan sangat berharga
Begitu ranum tidak ada terhingga
Lupa kalau jiwa harus bersama raga
Ini yang disebut surga
Surga yang sangat berharga
Hingga suatu saat nanti
Begitu mudah tangisan berubah menjadi canda
Seakan lupa tidak ada beranda
Datang tanpa permisi melewati semua
Ini tidak akan berhenti di sebuah stasiun
Angin semilir mendinginkan bumi
Bahkan tidak disadari hingga musim semi
Terjadi di muka bumi
Harum semerbak kembang memecah kesunyian malam
Dingin angin menusuk tulang
Bukanlah ini tujuan utama
Tidak sadar semua, buta
Pikir hebat menari diatas pensil
Sebagai penantian di musim semi
Bersama sejuta mimpi yang pernah dibuat
Semua kini jadi vakum
Tidak ada udara, tidak ada yang tercium
Semua hilang secepat cahaya
Sesak napas melanda sejuta manusia
Bahkan sangat tragis
Sebab seberkas debu butalah mata
Tidak bisa mendengar deru bayu
Yang dapat memecah rasa manis
Mencoba lupa saat jatuh jurang
Namun semua telah mendarah daging
Semua telah terbiasa
Tangis sampai sedu tak mengubah dunia
Menambah sejuta problematika
Tidak dapat secara matematika
Tidak masuk kategori logika
Hanya bisa bersama retorika
Drama itu selalu ada
Rapuh, renta, miskin
Hanya satu yang bisa merubah jati diri
Bersama mata pertama.
Itu kamu