Kelebayan media ini mulai nampak ketika mereka
mulai mengejar deadline. ingatkah anda ketika video porno Ariel dan
Luna Maya serta Cut Tari beredar. Mereka sangat beruntung bisa mengekspos aib
orang dengan adanya aib tersebut rating media tersebut akan naik. Bahkan akan
mendatangkan prestise tersendiri jika dapat menayangkan berita tersebut
secara eksklusif meskipun hal tersebut sangat eksplisit. Bahkan saya pernah
melihat kalau dalam sebuah berita yang) malah menayangkan cuplikan video
tersebut. Walaupun sedikit di sensor!
Nyatanya pihak yang katanya dirugikan malah
sangat diuntungkan! Lihat saja setelah keluar dari penjara si Ariel malah
langsung tenar lagi.... itu sih segi positif bagi si Arielnya untuk menanjakkan
karier. Namun untuk orang lain yang belum punya karier? Malah jadi masalah kalo
ngikutin jejak sang idol.... sebut saja si Pontang. Mengikuti proses yang
dilakukan idolanya malah jadi rumit. . Itu gara-gara Media yang cukup intensif menayangkannya. 33 anak diperkosa !
Sekarang timbul kasus baru lagi, Ade Sara dibunuh
oleh mantan pacarnya beserta sang pacarnya. Walaupun saya tidak mengetahuinya
secara baik mengenai hal tersebut, namun mudah saja sang imitator seperti ini kasian kan. Jadi mengikut
perilaku orang lain padahal menurut teman saya yang belajar sosiologi “imitasi”
hanya dialami oleh anak kecil. Jadi orang indonesia anak kecil ya?. Bisa jadi,
lihat aja koruptor dimana-mana itu karena imitasi untuk menjadi orang kaya
dengan cara yang cepat.
Satu hal lagi, baru-baru ini BBM jenis premiummulai langka di pontianak, kalimantan barat. Namun mengatakan kalau menghilang di judul beritanya! Pembongan publik! Saya minta
hendaknya judul harus provokatif tapi tidak juga harus membohong. Harusnya media
mengadakan cross check sebelum menerbitkan berita. Kalau isi berita isinya
hanya beberapa SPBU yang kehabisan stok premium. Hanya jalan Katulistiwa, jalan
Situt Mahmud, Jalan Imam Bonjol dan Gusti Hamid. It’s not representative man J
Media indonesia justru jarang menayangkan
mengenai prestasi seseorang yang membanggakan. Sebagai contoh pemenang
olimpiade internasional. Bapak Yohannes Surya, B.J Habibie lebih jarang
terekspos prestasinya daripada si Norman Kamaru atau Farhat Abbas yang
berprestasi dalam lipsyncs. Mungkin ini
pekerjaan KPI untuk mempersiapkan media yang lebih berkualitas untuk indonesia.
Bukan media yang senang kalau orang lain (dalam hal ini sang seleb) susah (tapi
langsung senang setelah kelar masalah karena namanya meroket kembali).
Cukup lima paragraf saja saya berkeluh kesah
dengan media saat ini, beruntung kalau pihak KPI membacanya atau media merubah
isi materi kelebayan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar