kondisi Indonesia saat ini memang sudah kritis. dimana kepercayaan kepada pemimpin mulai berkurang. namun sebagai warga negara yang baik tentunya saya akan berpihak kepada pemerintah. mengapa demikian? bukannya sang presiden adalah pilihanku dahulu? jadi keputusan untuk memilih dia sudah bukan mainan lagi. saya sudah cukup umur untuk memilih jadi sudah tahu baik buruknya masa depan jika memilihnya. umur 18 tahun sudah cukup dewasa bukan? jadi sekarang bukan saatnya untuk mengeluh kepada pilihan anda.
beberapa waktu yang lalu, keputusan presiden RI mengenai kenaikan BBM menyebabkan kecaman beberapa pihak baik dari pihak oposisi maupun dari kubu pemenang sendiri. memang miris sekali. namun beginilah yag namanya demokrasi. banyak yang pro apalagi yang kontra jumlahnya mengalahkan pro. namun keputusan tetaplah keputusan. tentunya pemerintah sudah memikirkannya benar-benar. lalu terjadilah demonstrasi besar-besaran di berbagai kota menolak hal tersebut. memang bukan tanpa sebab, mereka tidak setuju akan kenaikan harga BBM karena berbagai hal. berbagai gabungan massa menyuarakan aspirasi mereka. apa dikata lagi palu sudah diketuk.
menurut saya, pemerintah sudah tepat mengambil keputusan demikian. mengingat besarnya subsidi yang harus dibayarkan untuk BBM yang katanya untuk masyarakat "miskin". berapa besar APBN yang dipakai hanya untuk menutupi biaya subsidi ini? namun yang menjadi pertanyaan seberapa sering rakyat miskin mengambil porsi mereka? bukannya mereka untuk makan saja sulit. apalagi membeli kendaraan yang mahal?. malahan saya melihat di kota ini banyak kok orang kaya yang mengaku "miskin" dengan membeli premium bukan pertamax ata pertamax plus :). jadi mereka yang miskin atau memiskinkan diri?. semoga saja miskin, itu pikiran positif dari saya. kalau tidak yah mereka nantinya akan miskin beneran
saya pernah bertanya kepada warga suatu daerah yang jauh dari ibukota negara dan terpencil dimana pertamina saja jauh, mendapatkan hal-hal yang miris terjadi. mereka tidak tahu kalau harga BBM adalah Rp. 4.500 tetapi dengan harga Rp 9.000 sampai Rp. 20.000. wah sungguh mahal. namun di kota tetap Rp. 4.500 kan? mereka tidak merasakan tuh namanya subsidi?
beberapa waktu yang lalu, keputusan presiden RI mengenai kenaikan BBM menyebabkan kecaman beberapa pihak baik dari pihak oposisi maupun dari kubu pemenang sendiri. memang miris sekali. namun beginilah yag namanya demokrasi. banyak yang pro apalagi yang kontra jumlahnya mengalahkan pro. namun keputusan tetaplah keputusan. tentunya pemerintah sudah memikirkannya benar-benar. lalu terjadilah demonstrasi besar-besaran di berbagai kota menolak hal tersebut. memang bukan tanpa sebab, mereka tidak setuju akan kenaikan harga BBM karena berbagai hal. berbagai gabungan massa menyuarakan aspirasi mereka. apa dikata lagi palu sudah diketuk.
menurut saya, pemerintah sudah tepat mengambil keputusan demikian. mengingat besarnya subsidi yang harus dibayarkan untuk BBM yang katanya untuk masyarakat "miskin". berapa besar APBN yang dipakai hanya untuk menutupi biaya subsidi ini? namun yang menjadi pertanyaan seberapa sering rakyat miskin mengambil porsi mereka? bukannya mereka untuk makan saja sulit. apalagi membeli kendaraan yang mahal?. malahan saya melihat di kota ini banyak kok orang kaya yang mengaku "miskin" dengan membeli premium bukan pertamax ata pertamax plus :). jadi mereka yang miskin atau memiskinkan diri?. semoga saja miskin, itu pikiran positif dari saya. kalau tidak yah mereka nantinya akan miskin beneran
saya pernah bertanya kepada warga suatu daerah yang jauh dari ibukota negara dan terpencil dimana pertamina saja jauh, mendapatkan hal-hal yang miris terjadi. mereka tidak tahu kalau harga BBM adalah Rp. 4.500 tetapi dengan harga Rp 9.000 sampai Rp. 20.000. wah sungguh mahal. namun di kota tetap Rp. 4.500 kan? mereka tidak merasakan tuh namanya subsidi?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar