Sabtu, 15 Maret 2014

Media Indonesia yang Lebay

Kelebayan media ini mulai nampak ketika mereka mulai mengejar deadline. ingatkah anda ketika video porno Ariel dan Luna Maya serta Cut Tari beredar. Mereka sangat beruntung bisa mengekspos aib orang dengan adanya aib tersebut rating media tersebut akan naik. Bahkan akan mendatangkan prestise tersendiri jika dapat menayangkan berita tersebut secara eksklusif meskipun hal tersebut sangat eksplisit. Bahkan saya pernah melihat kalau dalam sebuah berita yang) malah menayangkan cuplikan video tersebut. Walaupun sedikit di sensor!  
Nyatanya pihak yang katanya dirugikan malah sangat diuntungkan! Lihat saja setelah keluar dari penjara si Ariel malah langsung tenar lagi.... itu sih segi positif bagi si Arielnya untuk menanjakkan karier. Namun untuk orang lain yang belum punya karier? Malah jadi masalah kalo ngikutin jejak sang idol.... sebut saja si Pontang. Mengikuti proses yang dilakukan idolanya malah jadi rumit.  . Itu gara-gara Media yang cukup intensif menayangkannya. 33 anak diperkosa !
Sekarang timbul kasus baru lagi, Ade Sara dibunuh oleh mantan pacarnya beserta sang pacarnya. Walaupun saya tidak mengetahuinya secara baik mengenai hal tersebut, namun mudah saja sang imitator seperti ini kasian kan. Jadi mengikut perilaku orang lain padahal menurut teman saya yang belajar sosiologi “imitasi” hanya dialami oleh anak kecil. Jadi orang indonesia anak kecil ya?. Bisa jadi, lihat aja koruptor dimana-mana itu karena imitasi untuk menjadi orang kaya dengan cara yang cepat.
Satu hal lagi, baru-baru ini BBM jenis premiummulai langka di pontianak, kalimantan barat. Namun  mengatakan kalau menghilang di judul beritanya! Pembongan publik! Saya minta hendaknya judul harus provokatif tapi tidak juga harus membohong. Harusnya media mengadakan cross check sebelum menerbitkan berita. Kalau isi berita isinya hanya beberapa SPBU yang kehabisan stok premium. Hanya jalan Katulistiwa, jalan Situt Mahmud, Jalan Imam Bonjol dan Gusti Hamid. It’s not representative man J
Media indonesia justru jarang menayangkan mengenai prestasi seseorang yang membanggakan. Sebagai contoh pemenang olimpiade internasional. Bapak Yohannes Surya, B.J Habibie lebih jarang terekspos prestasinya daripada si Norman Kamaru atau Farhat Abbas yang berprestasi dalam lipsyncs.  Mungkin ini pekerjaan KPI untuk mempersiapkan media yang lebih berkualitas untuk indonesia. Bukan media yang senang kalau orang lain (dalam hal ini sang seleb) susah (tapi langsung senang setelah kelar masalah karena namanya meroket kembali).

Cukup lima paragraf saja saya berkeluh kesah dengan media saat ini, beruntung kalau pihak KPI membacanya atau media merubah isi materi kelebayan mereka.