Kamis, 29 Maret 2012

kekuatan stensil

kekuatan stensil (stensile strenght) untuk menyatakan kekuatan kekerasan suatu bahan dan logam. kekuatan stensil suatu logam berbanding terbalik dengan utilitas suatu logam. jadi semakin besar kekuatan stensil suatu logam maka semakin turun nilai utilitasnya......

adapun ukuran logam juga memengaruhi kekutan suatu unsur untuk mengikat unsur lain. ini karena awan elektron yang banyak sehingga kesempatan untuk mengikat eletron lainnya.

katalis pada suatu reaksi hakikatnya bukan untuk mempercepat laju reaksi namun dapat menurunkan energi aktivasi sehingga dibutuhkan kerja yang kecil untuk melakukan reaksi

chemistry note today huhuhu

Selasa, 27 Maret 2012

PEMANFAATAN REAKSI PEMBAKARAN HIDROGEN


A. LATAR BELAKANG

Saat ini, sumber energi yang ada di bumi sudah terancam keberadaannya di alam. Baik yang di dapatkan secara bebas di alam ataupun dari hasil pengolahan sumber energi itu sendiri. Seperti yang dikutip dalam malang-post.com  disana dinyatakan bahwa: “Lebih dari 90% dari energi yang digunakan masyarakat sehari-hari berasal dari fosil. Di mana minyak bumi sebesar 54,4%, gas bumi 26,5%, dan batubara 14,1%. Sedangkan sisanya yaitu panas bumi 1,4%, pembangkit listrik tenaga air 3,4%, sedangkan energi baru dan terbarukan lainnya 0,2%. Ini yang membuat cadangan minyak terus menipis. Cadangan minyak Indonesia diproyeksikan mencapai 9 miliar barel. Bappenas memperkirakan cadangan tersebut akan habis dalam 18 tahun ke depan”
Manusia pun mencari alternatif lain untuk menggantikan sumber enegi yang saat ini digunakan dan menipis keberadaannya di muka bumi ini. Sebagai contoh yaitu dengan memanfaatkan, biodiesel dan yang baru saja ditemukan yaitu pemanfaatan pasir sebagai sumber energi
Disini penulis bermaksud untuk membantu pemerintah dalam mencari ide yang baru mengenai pencarian energi alternatif. Ide yang akan diungkapkan disini yaitu mengenai “Penggunaan Energi dari Hasil Pembakaran Gas Hidrogen (H2) sebagai Penghasil Energi”. Namun saat ini yang dibahas megenai penggunaan hydrogen sebagai  bahan bakar mobil dan belum dikembangkan sebagai bahan alternatif


TUJUAN
1.      Membantu pemerintah dalam mencari sumber energf alternatif.
2.      Menemukan hydrogen sebagai energi alternatif yang ramah lingkungan.
MANFAAT
1.      Menggantikan energy fosil yang selama ini digunakan dengan hydrogen.
2.      Menggunakan hasil reaksi sebagai sumber air bersih.

B. GAGASAN

Pembakaran hidrogen atau biasa disebut pembentukan air adalah reaksi antara gas hidrogen dan gas oksigen yang menghasilkan air sebagai produk akhirnya. Reaksi ini hanya terjadi apbila hidrogen dibakar. Hal ini terjadi karena G f  pembentukan H2O adalah sebesar -228,6 KJ/mol , ∆H f =-241,8 KJ/mol dan ∆S= 187,7 J/K.mol. maka suhu minimal untuk pembentukan H2oO sebesar
∆G = H - T∆S ——>  T = -70,32 K
Jadi reaksi ini akan spontan apabila H2 dibakar pada suhu -70,32 K atau lebih dari suhu tersebut. Hal diatas sesuai dengan konsep:“Untuk kebanyakan reaksi kimia pada temperature kamar. Tanda ∆G biasanya sama dengan tanda ∆H. Proses itu dapat berlangsung dengan serta merta. Suatu reaksi pembakaran merupakan suatu contoh proses yang berlangsung dengan serta-merta (spontan ) (Keenan dan Klienfelter , 1089 : 497)
Selain itu, alasan penggunaaan hydrogen sebagai sumber bahan bakar adalah
  1. Berat hydrogen hanya 1/10 berat bensin dalam volume yang sama.
  2. Hydrogen banyak terdapat di alam.                                                                                                                     Jarang sekali menemukan hydrogen dalam bentuk unsurnya (H2) di alam bebas (bumi). Hidrogen adalah unsur ketiga yang paling banyak terdapat di bumi yaitu kadar hydrogen dibumi adalah 1400 ppm (0,14% berat) atau 2,9% mol.
  3. Hasil pembakaran hydrogen adalah air yang tidak berbahaya. Sesuai dengan reaksi:      H2(g) + 1/2 O2 ——> H2O(l) , H = -241,8 kJ/mol
4.      Air bersih dapat dimanfaatkan sebagai sumber air
5.      Murah dan ramah lingkungan.
6.      Tegangan yang dihasilkan adalah sebesar 241,8 kVA.                                   Sebelum pemanfaatan gas hydrogen sebagai bahan sumber energi dilaksanakan dalam pembuatan  bahan bakar roket. “Saat ini hydrogen digunakan dalam perjalanan udara, misalnya keluar angkasa. Bersama dengan oksigen, hydrogen dapat digunakan sebagai pendorong roket yang luar biasa” (Chang, 2005 : 158)
Selain itu, daya hidrogen terutama dalam bentuk sel bahan bakar hidrogen (hydrogen fuel cells), menjanjikan penggunaan bahan bakar yang tidak terbatas dan tidak polusi, sehingga menyebabkan ketertarikan banyak perusahaan energi terkemuka di dunia, industri otomotif, maupun pemerintahan (Dela, 2010)
Pelaksanaan kegiatan ini yang diharapkan adalah pemerintah. Pemerintah disini bukan hanya pemerintah pusat tetapi juga pemerintah daerah juga harus berperan penting dalam kegiatan ini. Hal ini karena prospek / peluang  dari kegiatan ini dapat menekan penggunaan bahan baker fosil. Pemerintah dapat mencanangkan sebagian kecil dari dana APBN ( anggaran pendapatan dan  belanja Negara ) maupun dari APBD ( anggaran pendapatan dan  belanja daerah ) untuk melaksanakannya. Lagi pula banyak tenaga ahli dan ilmuwan Indonesia yang terampil dan diyakini bisa melaksakannya dengan baik dan aman.
Yang menjadi permasalahan yaitu mengenai pengadaan gas hydrogen cair oleh sebab itu, harus diadakan cara yang terbaru yaitu:
  1. Dalam skala laboratorium hydrogen biasanya dibuat dari hasil samping reaksi tertentu.
2.      Sejumlah kecil hydrogen dapat juga diperoleh dengan mereaksikan kalsium hidrida dengan air      CaH2(s)  + 2 H2O(l)    ------->  Ca(OH)2(aq)  + 2 H2(g)                                                                                             
3.      Pembuatan Hidrogen dari Hidrokarbon
4.      Hidrogen dapat dibuat dari proses elektrolisis air dengan menggunakan suplai energi yang dapat diperbaharuhi misalnya angin, hidropower, atau turbin. Dengan cara elektrolisis maka produksi yang dijalankan tidak akan menghasilkan polusi. Teknik lain adalah dengan dengan menggunakan “elektrolisis temperature tinggi”. Proses elektrolisis dengan menggunakan metode ini biasanya digabungkan dengan instalasi reaktor.
5.      Pembuatan hydrogen melalui proses biologi yaitu dengan memanfaatkan beberapa macam alga yang dapat menghasilkan gas hydrogen sebagai akibat proses metabolismenya. ( Morie, 2010 )

BAB III
PENUTUP


A.KESIMPULAN

  1. Adapun yang diajukan dalam artikel ini adalah mengenai pemanfaatan energi dari hasil pembakaran  gas hydrogen.
  2. Teknik implementasi yang akan dilakukan dalam kegiatan ini yaitu dengan teknik laboratorium pembakaran hydrogen.
H2 + O2                    H2O         Energi = 241,8 Kj/mol.
Berikut adalah rancangnnya
Description: fuel.jpg
           Setelah itu untuk menghemat dapat diakukan hidrolisis dengan:
H2O                 H2 + O2

        Arus rendah
Description: exper1_21.jpg
Energi listrik yang dihasilkan ini bisa disalurkan ke masyarakat yang membututuhkan.

  1. Hasil yang diperoleh dari kegiatan ini yaitu didapatkannya energi besar dari sumber energi yang sedikit jumlahnya, dan hasil reaksinya yaitu air yang tidak berbahaya. Adapun asil teoritis yang didapatkan yaitu tegangan listrik sebesar  241,8 KVA dan 1000 mol uap air dari pembakaran  satu kilogram gas hydrogen cair dan  delapan kilogram oksigen cair. Dampak negative dari pembakaran hydrogen ini yaitu mengganggu keseimbangan  hydrogen oksigen di udara . Namun dapat dicegah dengan menggunakan kembali air sebagai bahan baku melalui proses elektrolisis. Adapun cara untuk memperoleh hydrogen yaitu dengan elektrolisis, penggunaan mikroorganisme,








DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar: Konsep-Konsep  Inti. Jilid 1. (Penerjemah: Departemen Kimia Institut Teknologi Bandung). Jakarta: Erlangga.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar: Konsep-Konsep  Inti. Jilid 2. (Penerjemah:Suminar Setiadi Ahmadi). Jakarta: Erlangga.
Dela. 2010. Hidrogen, Sumber Energi Masa Depan. (Online). http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/01/18/95526/Hidrogen-Sumber-Energi-Masa-Depan. Diakses 1 Februari  2011
IndigoMORIE. 2010 .Hidrogen.(Online). http://www.belajarkimia.com/ . Diakses 1 Februari  2011
Keenan, W.K. dan Klienfelter, D.C. 1989. Kimia Untuk Universitas.  (Penerjemah: A. Hadyana. P). Jakarta: Erlangga.


Soal Responsi Kimia Dasar


1.   Sebutan nama dan fungsi dari alat berikut
a.                                    B.
 





2.   Apa yang dimaksud dengan:
a.    larutan
b.    molaritas
3.   Berapa banyak HCl 12 M yang dibutuhkan untuk membuat HCl 4 M sebanyak 100 ml?
4.   Hitung Mr dari CuSO4.5H2O Cu = 64 S=32 O=16 H=1!
5.   Sebutkan tombol-tombol pada penghisap gondok beserta fungsinya!
6.   Sebanyak 4 gram Kristal NaOH (Mr=40) dilarutkan dalam 100 ml air. Hitung molaritas larutan tersebut!
7.   Sebutkan ciri-ciri reaksi kimia!
8.   Sebutkan teknik apa yang sesuai untuk memisahkan campuran antara zat padat dan zat padat!
9.   Tentukan hasil reaksi dari persamaan berikut:
a.    HCl + NaOH     
b.    Pb(CH3COO)2 + NaOH
10.          Sebutkan minimal 10 alat-alat laboratorium kimia!
11.          Manakah dari alat dibawah ini yang memiliki ketelitian yang lebih tinggi:
1.   Pipet tetes  dan pipet gondok.
2.   Gelas ukur dan gelas kimia.
12.          Apa yang dimaksud dengan larutan homogen!
13.          Apa arti dari reaksi eksoterm dan reaksi endoterm!
14.          Tuliskan reaksi ionisasi jika KI dan BaCl2.2H2O jika dilarutkan dalam air!
15.          Tuliskan rumus senyawa berikut:
a.    Barium hidroksida
b.    Timbal (II) nitrat
16.          Apa yang dimaksud dengan kristalisasi?
17.          Apa fungsi pasir pada percobaan kristalisasi?
18.          Sebutkan 4 cara pemisahan campuran!
19.          Sebutkan teknik apa yang sesuai untuk memisahkan campuran zat  cair dan zat padat!
20.          Mengapa dilakukan penjenuhan pada proses kromatrografi?
21.          Mengapa air dan minyak tidak menyatu ?
22.          Saat kondisi apa hukum kekekalan massa  tidak berlaku?
23.          Tuliskan rumus perbandingan jarak pada kromatografi kertas!
24.          Tentukan hasil reaksi berikut
                     Etanol + oksigen ------à …………..
25.          Apa yang dimaksud dengan termokimia?
26.          Apa yang dimaksud dengan entalpi?
27.          Hitung kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 Kg air dari 250C hingga 1000C dimana diketahui kalor jenis air adalah 4,2 X 103 J0C/Kg!
28.          Gambarkan alat-alat berikut!
a.    Erlenmeyer
b.    Corong
c.    Tabung reaksi
29.          Sebutkan 3 alat untuk mereaksikan suatu zat!

PEMBUATAN PUPUK KOMPOS


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka,1999) peningkatan adalah proses, cara, perbuatan, meningkatkan (usaha, kegiatan, dsb);dan kegiatan ialah aktivitas, usaha, pekerjaan.Sampah adalah semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga, perdagangan, industri dan kegiatan pertanian. Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga dan tempat perdagangan dikenal dengan limbah municipal yang tidak berbahaya (non hazardous). Reijtjes dalam bukunya yang berjudul Pertanian Masa Depan  menyatakan bahwa sampah adalah bagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan yang biologis.
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan. Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Rata-rata persentase bahan organik sampah mencapai ±80%, sehingga pengomposan merupakan alternatif penanganan yang sesuai (Tim Penyusun PS. 2003: 263).
A. Komposisi Sampah
Berdasarkan komposisinya, sampah dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.    Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos;
2.    Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk lainnya (produk daur ulang).  Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton; Di negara-negara berkembang komposisi sampah terbanyak adalah sampah organik, sebesar 60 – 70%, dan sampah anorganik sebesar ± 30%.
B. Pengelolaan Sampah
Agar pengelolaan sampah berlangsung dengan baik dan mencapai tujuan yang diinginkan, maka setiap kegiatan pengelolaan sampah harus mengikuti filosofi pengelolaan sampah. Filosofi pengelolaan sampah adalah bahwa semakin sedikit dan semakin dekat sampah dikelola dari sumbernya, maka pengelolaannya akan menjadi lebih mudah dan baik, serta lingkungan yang terkena dampak juga semakin sedikit.                                                                                                     Tahapan Pengelolaan sampah yang dapat dilakukan di kawasan wisata alam adalah:
a.    Pencegahan dan Pengurangan Sampah dari Sumbernya
Kegiatan ini dimulai dengan kegiatan pemilahan atau pemisahan sampah organik dan anorganik dengan menyediakan tempat sampah organik dan anorganik  disetiap kawasan yang sering dikunjungi wisatawan.  
b.    Pemanfaatan Kembali
Kegiatan pemanfaatan sampah kembali, terdiri atas:
1).  Pemanfaatan sampah organik, seperti composting (pengomposan).  Sampah yang mudah membusuk dapat diubah menjadi pupuk kompos yang ramah lingkungan untuk melestarikan fungsi kawasan wisata. 
2).  Pemanfaatan sampah anorganik, baik secara langsung maupun tidak langsung. 
Pemanfaatan kembali secara langsung, misalnya pembuatan kerajinan yang berbahan baku dari barang bekas, atau kertas daur ulang.  Sedangkan pemanfaatan kembali secara tidak langsung, misalnya menjual barang bekas seperti kertas, plastik, kaleng, koran bekas, botol, gelas dan botol air minum dalam kemasan.
c.    Tempat Pembuangan Sampah Akhir
Sisa sampah yang tidak dapat dimanfaatkan secara ekonomis baik dari kegiatan composting maupun pemanfaatan sampah anorganik, jumlahnya mencapai ±  10%, harus dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA).  Di Indonesia, pengelolaan TPA menjadi tanggung jawab masing-masing Pemda.
Dengan pengelolaan sampah yang baik, sisa sampah akhir yang benar-benar tidak dapat dimanfaatkan lagi hanya sebesar ± 10%.  Kegiatan ini tentu saja akan menurunkan biaya pengangkutan sampah bagi pengelola kawasan wisata alam, mengurangi luasan kebutuhan tempat untuk lokasi TPS, serta memperkecil permasalahan sampah yang saat ini dihadapi oleh banyak pemerintah daerah.
Mengapa kita harus mengolah sampah?
Sampah, khususnya di daerah perkotaan sering menjadi masalah. Timbunan sampah yang dihasilkan terus bertambah seiring dengan bertambahnya penduduk kota. Sehari setiap warga kota menghasilkan rata-rata 900 gram, dengan komposisi, 70% sampah organik dan 30% sampah anorganik. Yang dimaksud sampah organik adalah sampah yang berasal dari benda hidup, seperti sisa makanan, sisa sayuran, ikan, buah-buah, daun, ranting, ampas kelapa dsbnya. Sedangkan yang termasuk sampah anorganik adalah, plastik, kaleng, besi, plastik air kemasan, plastik sisa sampo, kaca, kain perca dan sebagainya .
           Sebagian besar sampah di kota dibuang ke TPA. Namun pengolahan di TPA yang sebagian besar dengan sistem open dumping, justru sering menimbulkan masalah, mulai dari masalah kesehatan, pencemaran udara, air, tanah sampai masalah estetika. Beberapa kajian membuktikan, penangganan sampah dengan cara seperti itu akan menghasilkan gas polutan seperti methan, H2S dan NH3. Gas H2S dan NH3 yang dihasilkan, walaupun jumlahnya sedikit, namun dapat menyebabkan bau yang tidak enak.  Sementara itu, masih banyak warga kota yang membuang sampah di sembarang tempat, misalnya sungai, saluran drainase atau rawa-rawa. Akibatnya sampah akan menyumbat saluran sehingga menyebabkan banjir. Di sisi kesehatan tumpukan sampah  tersebut akan menjadi salah satu sumber penularan penyakit seperti disentri, kolera, pes dan sebagainya. Selain itu ternyata tidak sedikit warga kota yang menanggani sampah dengan cara dibakar. Cara-cara seperti justru dapat menimbulkan masalah serius. Karena sampah yang dibakar akan menghasilkan zat atau gas polutan yang tidak hanya berbahaya bagi lingkungan tetapi juga berbahaya langsung terhadap manusia.
 Polutan yang dihasilkan akibat pembakaran sampah dapat menyebabkan gangguan kesehatan, pemicu kanker (karsiogenik) bahkan kematian. Sebagai gambaran, pembakaran 1 ton sampah akan menghasilkan 30 kg gas CO, Gas yang jika dihirup akan berikatan sangat kuat dengan hemoglobin darah sehingga dapat menyebabkan tubuh orang menghirup akan akan kekurangan O2 dan menimbulkan kematian. Pembakaran sampah organik juga akan menghasilkan gas methana. Membakar potongan kayu akan menghasilkan senyawa formaldehida yang mengakibatkan kanker. Sampah organik yang masih agak basah seperti daun, ranting, batang, sisa sayuran atau buah jika dibakar tidak akan semua terbakar dan menghasilkan partikel-partikel padat yang akan beterbangan. Satu ton sampah organik akan menghasilkan 9 kg partikel padat yang mengandung senyawa hidrokarbon berbahaya. Salah satu diantaranya adalah benopirena. Menurut beberapa kajian diketahui asap dari pembakaran sampah mengandung benzopirena 350 kali lebih besar dari asap rokok.
Di sisi lain, tidak semua sampah jika dibuang ke alam akan mudah hancur. Butuh waktu berbulan-bulan, bahkan ada yang puluhan tahun baru bisa hancur. Akibatnya jika volume sampah yang dihasilkan warga kota banyak dan lama hancur, maka akan dibutuhkan lahan yang luas untuk TPA. Sebagai gambaran, Kertas jika dibuang ke alam butuh waktu 2,5 bulan untuk bisa hancur, Kardus butuh 5 bulan, kulit jeruk 6 bulan, busa sabun (Deterjen) baru bisa terurai setelah 20-25 tahun, sepatu kulit yang dibuang ke halaman baru bisa hancur setelah 20-40 tahun, kain nilon 30-40 tahun, plastik 50-80 tahun dan aluminium 80-100 tahun. Sementara itu ada satu jenis sampah yang tidak bisa hancur sampai kapan pun, yaitu strefom. Keberadaan warga miskin di kota seringkali menjadi kambinghitam karena dituding sebagai penyebab kota kotor dengan sampah. Padahal faktanya banyak perumahan atau kampung orang kaya yang justru menjadi sumber sampah utam di perkotaan. Dan tidak sedikit pemulung yang kerap dimasukkan sebagai bagian dari warga miskin kota yang justru “mengolah” sampah di kota sehingga mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA.
C. Alat dan Bahan
Peralatan yang dibutuhkan dalam pengomposan secara aerobik terdiri dari peralatan untuk penanganan bahan dan peralatan perlindungan keselamatan dan kesehatan bagi pekerja. Berikut disajikan peralatan yang digunakan.
1.      Wadah atau plastik.
2.      Sekop  
3.      Garpu/cangkrang
4.      Saringan/ayakan
5. Termometer
6. Timbangan
7. Sepatu boot
8. Sarung tangan
9. Masker
Cara pembuatan kompos dari sampah organik:
1. Sediakan wadah berdiameter 10 cm (yang tidak dipakai lagi), lubangi bagian bawahnya untuk saluran cairan coklat (lindi) hasil pengomposan.
2. Dasar wadah itu diberi pasir.
3. Lalu sisa sayuran, sisa makanan ditumpuk di atas pasir itu.
4. Pada hari ketiga setelah ada bau masam, sisa sayuran dan makanan ditaburi kapur (dolomide) untuk menambah unsur hara hasil kompos.
5. Perciki air secukupnya. Kemudian tambahkan tanah gembur secukupnya agar bau bisa tertahan.
6. Untuk lapisan berikutnya dapat mulai lagi dengan diperciki air, diberi pasir, sisa sayuran/makanan, tanah gembur. Pembuatan kompos dilakukan secara berlapis-lapis.
7. Untuk wadah berdiameter 10 cm campuran tidak perlu diaduk, tetapi untuk wadah yang berukuran lebih besar sebaiknya campuran diaduk.                                                                                                                        Waktu yang diperlukan untuk menjadi kompos sekitar satu setengah bulan. Tanda-tanda pengomposan sudah selesai campuran menjadi hitam dan tidak bau. Selain sisa sayur/makanan, daun tanaman yang kering bisa dikomposkan. Caranya, daun kering diremas-remas sampai hancur, kemudian masukkan ke dalam wadah plastik, perciki air. Setelah satu setengah bulan daun kering sudah menjadi kompos yang berwarna hitam. Kompos tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman, media tanam di rumah sendiri atau jika dijual bisa menjadi sumber penghasilan tambahan.
Kompos yang baik memiliki beberapa ciri sebagai berikut :
Þ    Berwarna coklat tua hingga hitam mirip dengan warna tanah,
Þ    Tidak larut dalam air, meski sebagian kompos dapat membentuk suspensi,
Þ    Nisbah C/N sebesar 10 – 20, tergantung dari bahan baku dan derajat humifikasinya,

G. Manfaat Kompos

Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:
Aspek Ekonomi :
1.      Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2.      Mengurangi volume/ukuran limbah
3.      Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan :
1.      Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah
2.      Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
Aspek bagi tanah/tanaman:
1.      Meningkatkan kesuburan tanah
2.      Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3.      Meningkatkan kapasitas jerap air tanah
4.      Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
5.      Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
6.      Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
7.      Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
8.      Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai                                                                                                                                                      Pustaka.
Hapsari, Martha Dian. 2008 PEMBUATAN PUPUK KOMPOS. Online (http://budikolonjono.blogspot.com/2009/06/kir.html) Diakses Pada 15 Januri 20011.                                     
Reijntjes. 1992. Dasar Pertanian Modern. Jakarta: Penebar Swadaya
Tim Penyusun PS. 2003. Kamus Pertanian Umum. Jakarta: Penebar Swadaya